Kecil, dan merah, dan lezat. Yup, benar sekali. That’s my lovely strawberry! Atau bahsa kerennya Fragaria daltoniana. Siapa bilang si merah imut itu nggak bisa hidup di kota macam Bengkulu?
Ternyata stroberiku udah berbuah ‘lagi’ aja dong, hehee..(petik-petik buah). Lagi? Iya, soalnya ini udah kali ke lima tanaman kesayangan ini menghasilkan buah. Mau? Hayuuk, mampir. Nanti aku bagi-bagi..
Buahnya nggak banyak sih, tapi udah cukup buat memuaskan selera bulananku. Karena buah merah ini termasuk favorite aku sejak kecil. *Eh, itu favorite selain alpukat deh kayaknya. Dulu aku bilangnya buah tahunan, karena semacam stroberi ini nggak dijual di pasar-pasar sini. Biasanya aku beli kalo liburan ato lebaran ke rumah nenek di Surulangun. Jadi bus yang kita naikin itu rutenya melewati Curup, nah waktu bus berhenti di terminal Curup, disana banyak pedagang yang nawarin macam-macam makanan ke penumpang, termasuklah stroberi.
Wah, kok bisa kepikiran buat bertanam stroberi sih? Awal pertengahan tahun 2014 lalu, ibuku tiba-tiba kepikiran buat menanam stroberi ini di halaman rumah. Kita sempat bingung juga gimana cara dapat bibitnya. Apa iya harus minta dikirim dari Curup? Kita sempat nanya ke toko bunga di dekat rumah, eh si empunya toko malah menawarkan bibit buah anggur.
Beruntung--Setelah mencari ke mana-mana dan nggak ketemu, setelah satu bulan memendam keinginan bercocok tanam stroberi--akhirnya kita menemukan seorang penjual bibir stroberi di pasar Panorama. Harganya Rp. 10.000 per satu polybag anakan stroberi yang masih sangat kecil.
Kita beli satu polybag doang, karena baru coba-coba. Ditaruhlah polibek itu di belakang rumah oleh Ibuku, di balik tumpukan papan yang sama sekali nggak terpapar sinar matahari. Maklum, pikiran awam dulu, dikira stroberi nggak boleh kena sinar matahari.
Tapi nggak sampe satu minggu, stroberinya udah mati aja. Awalnya diinjak-injak ayam tetangga, tapi itu cuma ngebuat daunnya patah sih. Yang benar stroberinya mati karena kekurangan cahaya matahari, lama-lama daunnya jadi cokelat semua, dan akhirnya mati.
Kita belom nyerah nih, berhubung orang yang jual bibitnya belom pindah, kita beli lagi dong. Dengan harga yang masih sama.
Kedua kalinya, polybag-nya masih di taruh di belakang rumah. Tapi yang ini udah nggak di balik papan lagi, tapi di dekat tanaman-tanaman mawar. Nah, tempatnya sangat terpapar sinar matahari.
Oke, seminggu.. dua minggu.. Masih hidup ternyata, tapi kok jumlah daun atau diameter bongkotnya pun nggak nambah-nambah ya? *lupakan dulu, syukur aja stroberinya masih hidup. Aku kira kita udah berhasil, tapi ternyata bencana datang saat memasuki minggu ke tiga. Karena sibuk sama tugas sekolah, aku jadi lupa sama yang di belakang. Jadilah tanamanku ini kekeringan, hingga pada akhirnya pun mati.
Oke, kita belom nyerah juga. Untuk kali ke tiga kita datang lagi ke penjualnya. Eh, dianya udah hapal sama wajah kita. Langsung aja dia sodorin bibitnya. Kali dia seneng yah kita ke sana mulu. Hahaa..
Aku pikir tempat yang langsung terpapar sinar masih belum jadi tempat yang strategis buat naruh polybagnya, soalnya stroberi yang kemaren aja udah dua minggu nggak ada perubahan apapun.
Jadilah buat yang ke tiga ini kita memilih tempat yang... mungkin cocok lah sama karakter tanaman ini. Dimana? Di balik sumur, hiaaakk!!! Iya, tempat yang dingin dan cuma terpapar sinar matahari di waktu sore aja. Kalo siang, panasnya sekadar pantulan.
Saatnya menunggu hasil. Satu minggu, dua minggu, sebulan. Daaaaaan .... Akhirnya berhasil! Ternyata di balik sumur adalah tempat yang strategis untuk stroberi. Tanamannya jadi subur banget malah. Padahal baru satu bulan, udah ada sulur yang keluar. Asli, awalnya aku kira itu bakal buah, eh ternyata malah anakan baru.
Jadi, sulur itu semacam tunas baru yang muncul dari batang stroberi, dan di ujungnya nanti bakal muncul bongkol dengan serabut akar-akar kecil. Itulah yang di sebut anakan stroberi, atau dikenal sebagai bibit baru stroberi. Terkadang, dalam satu sulur bisa menghasilkan lebih dari satu anakan baru loh. Bisa dua atau bahkan tiga sekaligus.
Karenanya hanya dalam waktu dua bulan, aku udah punya delapan polybag stroberi. Dimana dalam satu polibek itu ada yang berisi sampe tiga anakan baru, hehee. Dalam waktu singkat, halaman kecil di belakang rumahku berubah jadi kebun stroberi.
Ternyata sodara-sodara, ada tips-tipsnya biar stroberi itu tumbuh subur di halaman rumah.
Yang pertama, mintalah restu dari sang penjual bibit. Eh, seriusan loh. Waktu kita datang ke penjualnya untuk yang ke tiga kalinya, si Bapak penjual bilang ‘semoga yang ini bisa tumbuh subur’ dan ternyata memang bener. Percaya? Entahlah.. yang jelas nggak ada salahnya di coba, kan. Karena ketika melakukan sesuatu dengan restu, kemungkinan berhasilnya lebih besar.
Lalu, taruhlah tanaman itu di tempat yang tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Seperti aku yang meletakkannya di balik sumur. Sebenarnya ini semacam proses adaptasi dengan lingkungan, karena beberapa bulan kemudian aku sempat memindahkan polybag stroberi ke tempat sebelumnya itu, dan ternyata masih tetap subur, kok. Dan keuntungan lainnya menaruh di balik sumur, saat kita lupa menyiram beberapa hari, stroberinya nggak bakal mati, paling-paling cuma layu doang.
Dan yang terpenting, siramlah paling enggak satu kali dalam sehari. Sebenarnya sama aja sih dengan tanaman lainnya, kalo nggak disiram nanti bakalan kekeringan, kalo terlalu banyak disiram juga bakal busuk tanamannya. Intinya, sepintar-pintarnya kita yang ngatur, dan tergantung cuaca juga.
Yang nggak kalah pentingnya, berilah pupuk agar cepat berbuah. Menanam stroberi dan nggak berbuah kan sama aja bohong.
Dan sebenarnya, ini yang jadi masalahku. Awalnya aku cobain dengan pupuk ekstrak ampas jamu yang dibeli di toko pupuk. Entah apa merknya, aku udah lupa. Tapi bukannya berbuah, malah stroberiku numbuhin banyak banget sulur baru. Bahkan dalam satu hari ada puluhan anakan baru yang tumbuh. Awalnya oke aja karena kita punya banyak stock polybag kosong. Tapi lama-lama kan nyebelin juga. Yakali halamanku penuh sama anakan stroberi yang nggak berbuah-buah.
Omong-omong soal sulur, sedikit tips kalo stroberi udah numbuhin sulur, sebaiknya cepat-cepat di potong dan dipindahin ke polibek lain. Saoalnya kalo dibiarin lama-lama, Induk stroberi bakalan kerdil, karena makanan disalurkan ke anakan stroberi.
Jadilah selama beberapa bulan, halamanku penuh sama anakan stroberi. Itu aja udah banyak banget yang aku buang.
Minggu berikutnya, aku dan ibu kembali menemui sang penjual bibit untuk menanyakan perihal pupuk.
"Pake air tape aja, buk" Kira-kira begitu saran dari sang penjual.
Pulang ke rumah, ide air tape tersebut pun segera dilaksanakan. Ternyata saran penjual itu cukup berhasil juga. Meskipun sulurnya nggak berhenti keluar, tapi ada salah satu yang akhirnya menjadi bunga.
Heheee, namanya sih berhasil, bukan cukup berhasil :p
Oke, bunga pertama.
Setelah sempat searchingan soal stroberi ini, katanya bunga pertama itu sebaiknya dibuang dulu. Berhubung aku udah ngebayangin rasa buah pertama, *kan sayang udah jamuran nungguin bunga ini muncul, terus dibuang. Jadilah aku abaikan saja tips yang itu.
Kelopak bunga satu-persatu gugur hingga yang tersisa bagian tengahnya doang. Itulah yang jadi semakin besar tiap hari dan jadi buah stroberi.
Saat stoberi ini berbunga, sebaiknya berikan perhatian khusus. Salah-salah kalo kekurangan air, buuahnya bakalan kerdil dan jadi kecil banget.
Inilah jadinya saat udah masak,
Kalo udah merah begitu, saatnya dipanen.
Bicara soal rasa, rasanya asam-asam manis dan segaaaar. Buah stroberiku kini, ukurannya juga nggak terlalu besar seperti stroberi pada umumnya. But its okey, kan tetap saja namanya 'buah stroberi'. Saat buah pertamanya mateng, aku yang seneng banget dong. Akhirnya bisa ngerasain buah perjuangan, huhuu!
Dan sekarang, dalam satu batang stroberiku udah bisa menghasilkan tiga buah sekaligus. Muehehee..
Ada yang mau nyoba? Jangan khawatir gagal. Percaya deh, buah pertama bakal berkesan banget kalo menanamnya penuh perjuangan. Hiaaa... selamat mencoba, jangan lupa sama tips-tips diatas yaak.
Oke, berhubung artikel udah selesai. Mari sikat stroberinya!!!
Katanya mau bagi-bagi? Iya sih, tapi pincess lapar, gimana dong :p
0 Komentar
Tambahkan Komentar