Senja dahulu kala...
Sepasang kaki tanpa alas pernah mengukir tawa di pasir pantai itu
Berlarian mengejar ombak yang menepi
Terbenam dalam waktu sampai siluet menghitam
Senja di lain hari...
Sepasang kaki tanpa alas saling berdiri canggung di pasir kemarin
Sama-sama ragu untuk berlari menjamah sisa sore yang tertinggal
Padahal ombak yang menepi masih sama seperti dahulu
Siluet yang dulu dikagumi seolah tak berarti lagi
Kita saling diam,
Merutuk pada bulir kristal bening yang jatuh di pasir yang dulu menyimpan tawa
Kita saling terpaku dalam diam yang menyayat
Ragu-ragu, kuangkat kepala untuk menatapmu
Pandanganmu jatuh menembus langit jingga hingga ke ujung batas pandang
Dari diammu, kulihat keputusasaan
Kebimbangan untuk mengakhiri
Lalu kita sama-sama membuang muka
Senja hari ini..
Semua masih sama, apa adanya di tempat semula
Air laut masih menyapu pantai secara berkala
Senja masih membisu dalam jingga
Pasir yang kuinjak masih selembut sebelumnya
Tak ada yang berubah
Kecuali kita~
3 Komentar
Salam kenal mbak!
BalasHapusSenja itu emang paling romantis buat bikin puisi ya mbak.. Kalau saya, senja itu identik dengan nyamuk yang banyak lalu lalang depan teras T.T
** kabur ke Cianjur **
Pasti nyamuknya baru pada bangun tidur itu ya :D btw salam kenal kembali
HapusSenja yang dahulu bersembunyi pada ingatan masing-masing :')
BalasHapusTambahkan Komentar