Covid-19 yang mewabah dalam kurun waktu singkat telah menciptakan kepanikan bagi dunia. Hal-hal yang dihadapi oleh masyarakat di depan mata tak lagi sebatas tindak pencegahan dari tertular virus, namun juga bagaimana cara supaya tetap bisa bertahan di tengah masa pandemi yang memberi tekanan finansial cukup besar karena aktivitas dan pekerjaan sehari-hari jadi terhambat.
Minimnya pemasukan di masa pandemi ini membuat kita harus pintar-pintar mengelola keuangan supaya kebutuhan sehari-hari, terutama kebutuhan pangan keluarga tetap tercukupi. Nah, dalam hal ini, ada banyak lho kegiatan yang bisa kita lakukan sebagai salah satu upaya menjaga ketahanan pangan, minimal di lingkungan keluarga.
Misalnya, dengan memanfaatkan lahan pekarangan di rumah untuk ditanami sayur-sayuran. Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian pun menyarankan hal ini dilakukan masyarakat selama masa pandemi, tujuannya tak lain untuk meringankan beban kebutuhan pangan sekaligus bisa dijadikan sebagai kegiatan mengasyikkan selama harus berdiam di rumah.
Yuk, Mulai Memanfaatkan Lahan Pekarangan untuk Bercocok Tanam
Setelah minggu sebelumnya membahas tindak pencegahan dan pola hidup sehat dalam artikel Cegah Penularan Covid-19, Yuk Biasakan Diri Memakai Masker ketika Keluar Rumah dan Pola Hidup Sehat di Tengah Pandemi, 4 Tips Tingkatkan Imunitas Tubuh, kali ini aku mau beranjak membahas topik kegiatan ketahanan pangan di lingkungan rumah tangga.
Kegiatan seperti apa yang bisa kita lakukan? Salah satu yang paling ideal yaa kegiatan bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan di pekarangan rumah. Kita masih belum tahu pasti kapan masa pandemi akan berakhir. Meskipun saat ini telah ada kebijakan baru new normal, namun untuk mengembalikan kestabilan perekonomian di masyarakat tentu akan cukup memakan waktu.
Karena harus hidup dalam tekanan finansial dan belum bisa leluasa beraktivitas secara normal, tak ada salahnya jika kita belajar bertani kecil-kecilan. Kegiatan bercocok tanam sayuran di pekarangan rumah ini, selain bisa dijadikan sumber pangan dapur, juga bisa menjadi pengisi waktu luang agar kita tidak bosan selama menjalani karantina mandiri di rumah, dan bercocok tanam sayuran tidak menghabiskan banyak biaya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa bertani itu cukup ribet, apalagi harus menggarap lahan dan menjaga tanaman agar tumbuh dengan baik. Tapi, sebenarnya enggak lho. Malah ini adalah kegiatan mengasyikkan. Tidak harus memiliki ilmu yang tinggi, asal ada niat dan kemauan, InsyaAllah usaha kita tidak akan berujung kecewa. Jangan berpikir harus memiliki lahan yang luas untuk bercocok tanam, cukup dengan memanfaatkan semaksimal mungkin lahan yang ada.
Beberapa waktu yang lalu, aku berkesempatan mendapat ilmu dari sesama peserta KKN Mandiri yang menjalankan proker di bidang ketahanan pangan sekaligus juga sedang melakukan program penelitian tentang vermikompos. Adalah Vira Allsari dari prodi S1 Ilmu Tanah yang dengan ramah berbagi ilmu kepadaku tentang kegiatan bercocok tanam di pekarangan rumah dan mengoptimalkan penggunaan vermikompos sebagai pupuk organiknya.
Foto tersebut diambil dari pekarangan rumah mbak Vira, yang ditumbuhi beberapa jenis tanaman sayuran, seperti kangkung, sawi, kacang panjang, cabai, dan daun bawang. Nah, kita bisa lihat bahwa untuk memulai kegiatan bercocok tanam ini, kita bisa mengoptimalkan lahan kosong yang ada di pekarangan. Media tanam yag bisa kita gunakan pun beragam, bisa menanam langsung di tanah, polybag, atau memanfaatkan sampah-sampah rumah tangga seperti gelas air mineral, atau batok kelapa seperti yang dilakukan mbak Vira ini.
Seperti yang aku sebut di atas, kegiatan bercocok tanam ini memberi banyak manfaat untuk kita. Coba kita list lagi manfaatnya ya;
- Membantu ketahanan pangan dapur keluarga selama masa pandemi.
- Menjadi kegiatan untuk mengusir jenuh selama berdiam di rumah.
- Berkebun membantu kita mendapatkan keringat, sehingga kesehatan tetap terjaga.
Ada beragam jenis sayuran yang bisa kita semai di pekarangan. Namun, beberapa hal yang harus kita pertimbangkan adalah lamanya masa panen dan kemudahan untuk mendapatkan benih. Umumnya kita akan memilih sayuran dengan masa panen tidak panjang, seperti kangkung, bayam, dan sawi.
Tanaman | Lama Panen |
---|---|
Sawi | 25 - 30 hari |
Kangkung | 25 - 30 hari |
Timun | 30 hari |
Bayam | 25 - 30 hari |
Kacang Panjang | 40 - 45 hari |
Memanfaatkan Pupuk Organik Vermikompos untuk Kesuburan Tanah
Dalam bercocok tanam, selain masalah keterbatasan lahan, yang menjadi kekhawatiran kita adalah masalah kesuburan tanah. Tanah yang tidak subur dapat menyebabkan tidak maksimalnya hasil produksi dari usaha bercocok tanam yang kita lakukan. Dalam hal ini, mbak Vira juga berbagi tips terkait memanfaatkan pupuk oraganik dalam bercocok tanam. Sebenarnya, ada banyak jenis pupuk organik yang bisa kita pilih, tapi kali ini aku mau membahas tentang vermikompos.
Apa itu vermikompos? Bagaimana manfaatnya untuk tanaman kita? Simak artikel ini sampai selesai, ya!
Vermi atau vermis dalam bahasa latin berarti cacing. Secara sederhana, vermikompos sendiri merupakan pupuk organik yang berasal dari bahan organik seperti kotoran hewan yang didekomposisi oleh cacing. Didekomposisi, maksudnya adalah diuraikan oleh cacing. Dalam pembuatannya, pupuk organik vermikompos memang memanfaatkan cacing sebagai pengurai sampah-sampah organik yang dijadikan pakan cacing. Kotoran cacing yang dihasilkan nanti akan menjadi produk vermikompos.
Karena dalam proses pembuatannya menggunakan bahan organik, vermikompos ini dinilai ramah lingkungan sebab tidak mengandung bahan kimia yang berpotensi merusak tanah seperti umumnya pada pupuk anorganik.
Pupuk organik vermikompos memiliki banyak manfaat untuk tanah, seperti disebutkan oleh mbak Vira di antaranya: berguna untuk meningkatkan unsur hara pada tanah sehingga tingkat kesuburan tanah dapat terjaga, dan dapat menguatkan daya ikat air pada tanah. Cara pembuatannya pun cukup mudah dan tidak memerlukan peralatan yang aneh-aneh, plus tidak membutuhkan biaya yang mahal.
Mbak Vira berbagi tips nih mengenai cara pembuatan vermikompos, yuk simak!
Bahan yang harus disiapkan, yaitu:
Sampah-sampah organik
Dalam hal ini kita bisa memanfaatkan kotoran hewan seperti kotoran kambing atau sapi, dan bisa pula memanfaatkan sampah dedaunan, sekam padi, atau sampah organik rumah tangga lainnya. Mbak Vira sendiri memilih memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan utama.
Cacing tanah
Jenis cacing yang dipakai mbak Vira untuk pengomposan adalah Perionyx Exavatus atau dikenal sebagai cacing kalung. Alasannya, cacing Perionyx Exavatus ini mudah berkembang biak dan memiliki gerak yang aktif. Namun, kita bisa memanfaatkan hampir seluruh jenis cacing tanah, seperti jenis Tiger Worm atau jenis cacing Lumbricus luberrus. Cacing-cacing ini bisa dengan mudah kita dapat di toko yang khusus membudidayakan cacing atau toko yang menjual pakan ternak.
Wadah
Wadah yang dapat digunakan sebagai tempat pengomposan dapat berupa talam, ember, atau menggunakan bak yang tidak terpakai. Bahan lain yang perlu disiapkan adalah penutup wadah. Bisa berupa plastik, terpal, karung goni, atau bahan lain yang memungkinkan.
Setelah semua bahan terkumpul, kita bisa memulai tahap pembuatan vermikompos. Caranya mudah saja, kok.
Setelah bibit cacing dan sampah organik telah terkumpul, kita bisa mencampur kedua bahan tersebut ke dalam wadah. Menurut mbak Vira, dalam pembuatan vermikompos ini kita bisa menggunakan perbandingan 1 : 1 untuk cacing dan kotoran hewan.
Jika cacing dan kotoran hewan telah berada dalam satu wadah, kita bisa menunggu cacing melakukan pengomposan selama kurang lebih 30 hari. Wadah tersebut akan menjadi tempat hidup bagi cacing, di mana cacing akan berkembang biak dan mengeluarkan kotoran. Tutup wadah dengan plastik, terpal, atau karung goni. Sesekali, kita bisa menyemprotkan air ke wadah agar tidak kering. Jaga wadah dari hama semut atau jangkauan ayam-ayam tetangga yaa.
Ciri-ciri vermikompos yang telah jadi salah satunya yaitu tidak lagi tercium bau busuk dari sampah organik yang digunakan. Nah, ketika vermikompos ini sudah jadi, kita bisa lanjut ke tahap memanen.
Proses memanen, maksudnya adalah memisahkan vermikompos dari cacingnya. Vermikompos akan kita campur dengan media tanah untuk menanam sayuran. Campuran antara vermikompos dan tanah ini bisa langsung kita gunakan sebagai media tanam untuk sayuran kita di pekarangan rumah. Sementara cacing yang telah dipisahkan bisa kita manfaatkan kembali untuk proses pembuatan vermikompos selanjutnya. Nah, mudah dan efisien kan?
Apalagi, seperti disebutkan di atas, bahwa kotoran cacing pada vermikompos ini mengandung banyak nutrisi untuk tanah sehinnga media tanam kita menjadi lebih subur dan berkualitas.
.
.
.
Membahas tentang bercocok tanam dan vermikompos, nggak kerasa artikel ini panjang juga, yaa. Tertarik untuk mencoba bercocok tanam di pekarangan rumah? Kita bisa memulainya dengan menanam sayuran secara kecil-kecilan, plus dengan bantuan pupuk organik ramah lingkungan yang bisa kita buat sendiri. Dengan kegiatan bercocok tanam, kita bisa memiliki kesibukan selama di rumah sehingga terhindar dari rasa jenuh, sekaligus membantu rumah tangga dalam menghadapi krisis pangan di tengah masa pandemi ini.
NB: Terima kasih kepada mbak Vira Allsari yang bersedia menjadi narasumber dan berbagi ilmu tentang vermikompos.
11 Komentar
Omg rajin sekali my friends satu ini. Mantaplah pokoknya
BalasHapusMbak Novi jaga kesehatan yaa. Semangat PPL juga!
HapusWahh bermanfaat sekali informasinya
BalasHapusTerima kasih telah membaca. Jangan lupa selalu jaga kesehatan yaa :)
HapusMa sya Allah... Keagungan Allah benar2 luar biasa. Dr makhluk yg sering kita anggap hina & menjijikkan ternyata manusia mendapatkan manfaat yg besar. Terima kasih, artikel ini telah membuka mata hati akn hal itu. Info masa panennya bikin semangat pengin coba ikutan manfaatkan lahan di rumah. Jazakillah khayra.
BalasHapusAlhamdulillah, tetap semangat dan selalu jaga kesehatan ya Bu
HapusTerima kasih atas info nya kak.
BalasHapusSama-sama kak. Jangan lupa selalu jaga kesehatan yaa :)
HapusTerimakasih kak
BalasHapusSama-sama :)
HapusMantap. Terima kasih infonya kak
BalasHapusTambahkan Komentar