Pulau Tikus Bengkulu: Surga Tersembunyi dengan Pasir Putih dan Serunya Snorkeling Bersama Keluarga Nemo



When life gets you down, do you wanna know what you've gotta do? 
Just keep swimming!

This is a wonderful and popular line from Dory, one of the beloved characters from Finding Nemo which remains iconic to this day. Tapi, pernah nggak sih kalian membayangkan bertemu Nemo, Marlin, dan teman-temannya di dunia nyata? 

Jika kamu ingin merasakan pengalaman seru dan tak terlupakan ini, maka Pulau Tikus di Bengkulu adalah jawabannya! Perjalanan kali ini adalah suatu pengalaman spesial yang menyenangkan dan pasti akan saya kenang dalam waktu lama. Bulan Oktober yang datang dalam sekejap diawali oleh hujan. Saya ingat waktu kecil Ibu pernah mengucapkan lelucon bahwa tiap bulan yang berakhiran 'ber' adalah musim hujan, sebab 'ber' berarti ember, artinya kami harus siap-siap menampung air hujan untuk persediaan air bersih.

Sekilas Tentang Pulau Tikus



Pulau Tikus adalah sebuah pulau kecil yang secara administrasi masih bagian dari Kota Bengkulu. Letaknya di perairan pantai Bengkulu dengan luas berkisar 0.6 hektar atau 6000 meter persegi. Pulau ini tidak berpenghuni, namun dapat dikunjungi oleh wisatawan menggunakan kapal dengan perjalanan hingga empat puluh lima menit. Peta di atas menunjukkan lokasi spesifik dimana Pulau Tikus berada.

Perjalanan Kapal Laut Ke Pulau Tikus


Selama dua puluh lima tahun hidup di Bengkulu, Oktober tahun ini adalah perjalanan pertama saya ke pulau tikus. Pulau mungil yang biasa hanya terlihat dari tepi pantai panjang. Perjalanan menuju pulau tikus tidak bisa dilakukan mandiri sebagaimana perjalanan-perjalanan sebelumnya. Untungnya, di Bengkulu sudah ada agen perjalanan yang menawarkan tur wisata ke pulau tikus. Masih bersama partner in crime baru saya, Suci, kami memutuskan ikut open trip dari agen perjalanan wisata bahari 3 Putra. Akhir tahun 2024, wisata bahari ke Pulau Tikus dibandrol dengan harga 200 hingga 260 ribu rupiah per kepala.

Musim hujan sebetulnya cukup menciutkan nyali kami. Apalagi, dua pemudi jompo kebelet healing ini sama-sama tidak bisa berenang. Namun, trip yang kami ikuti adalah open trip berpengalaman yang selain menyediakan fasilitas snorkeling dan perlengkapannya, juga akan ada jaket pelampung hingga asuransi jiwa bagi pengunjung. Sayangnya, open trip tidak dibuka setiap hari, hanya akan ada di tanggal-tanggal tertentu ketika mereka sudah mendapatkan rombongan hingga 15 orang. Info mengenai keberangkatan ini biasa di-share di akun instagram mereka, @wisatapulautikus_3putra.

Kami tiba di kumpul pada pukul 08.00 pagi, berbekal ayam geprek Allbaik dan jajanan Indomaret, kami membulatkan tekad untuk membuat liburan singkat menjadi pengalaman yang memorable. Hari itu peserta trip cukup banyak. Ada satu rombongan besar, beberapa kumpulan pertemanan, pasangan muda, hingga dua orang pendatang dari luar kota. Setelah melakukan pelunasan biaya, kami bercengkrama sedikit dengan staff yang ramah hingga semua rombongan berkumpul. Pukul sembilan pagi, mobil pick up putih datang mengangkut kami menuju titik keberangkatan kapal yang berjarak lima menit.


Hampir semua penumpang memilih duduk di deck atas. Selain karena lebih minim goncangan, deck yang terbuka membuat kami lebih leluasa menikmati panorama laut lepas. Sejujurnya, ini bukan pengalaman pertama saya naik kapal laut. Saat bekerja di Pulau Burung, saya bahkan menaiki kapal yang lebih kecil tanpa jaket pelampung selama delapan jam perjalanan. Namun justru di perjalanan ini untuk pertama kali saya mengalami mabuk laut.

Terik matahari, laut biru sepanjang garis pandang, angin  sepoi-sepoi, dan suara mesin yang berbaur dengan ombak adalah kombinasi sempurna yang tidak bisa saya abaikan meski kepala pusing dan mual makin terasa. Harus diakui, saya selalu menyukai lautan. Kapal berkapasitas 80 orang yang kami tumpangi memerlukan waktu satu jam perjalanan hingga akhirnya jangkar diturunkan. Pemandangan pertama yang tertangkap retina bergitu kapal berlabuh langsung membuat terpana. Pasir putih berkilauan, angin sepoi-sepoi yang menenangkan, pepohonan tinggi menjulang, dan beberapa kapal kecil milik nelayan yang bersandar dengan anggun, menciptakan lanskap indah yang memukau. Hal pertama yang terlintas di pikiran saya adalah betapa sempurnanya tempat ini untuk tidur siang dengan nyaman.

Menikmati Keindahan Pasir Putih Pulau Tikus


Pulau Tikus benar-benar kecil. Rasanya saya bisa lari mengintari pulau hanya dalam waktu sepuluh menit. Entah kenapa tidak saya lakukan. Ada satu bangunan sederhana yang didalamnya tersedia toilet dan beberapa ruangan. Ada pula mercusuar tinggi yang sepertinya bisa dinaiki oleh pengunjung asal memiliki nyali. Nah, yang ini juga tidak terpikirkan oleh saya saat mendarat di sana. Sisanya berupa pepohonan dan hamparan pasir putih dan laut biru kehijauan yang sangat jernih.

Tentu pemandangan secantik ini sayang jika dilewatkan dengan tidur siang. Saya dan teman yang sama-sama mengalami mabuk laut memilih menyamankan diri sebentar di kursi dan meja yang disiapkan oleh staff perjalanan. Mereka bahkan membuatkan kopi dan teh yang bisa kami nikmati selagi menunggu jadwal snorkeling. Cukup duduk seraya menyeruput kopi dan mengunyah jajajan indomaret saja rasanya sudah sangat nikmat.


Tidak berlebihan jika Pulau Tikus disebut sebagai salah satu surga tersembunyi di Kota Bengkulu. Pasir putihnya benar-benar memikat. Bukan jenis pasir yang lembut, melainkan terasa sedikit kasar di kulit. Hal itu karena butiran pasir di pulau bercampur dengan pecahan karang dan cangkang kerang. Mengesankan, karena saya dapat mencium aroma fragmen-fragmen kecil kehidupan laut yang telah terpecah oleh waktu.

Saat mencoba duduk di pasir dan melihat lebih dekat, ada banyak sekali klomang kecil dengan cangkang yang cantik, berusaha mengendap-endap lari dari kami. Beberapa pengunjung bahkan membawa pulang hewan mungil tersebut. Saya tidak tahu hal ini legal atau tidak, namun saya sendiri mengambil sebuah batu karang kecil untuk dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.

Menyelami Keindahan Biota Laut Bengkulu

Menu utama perjalanan wisata ke Pulau Tikus adalah snorkeling. Staff  Open Trip memangil kami untuk berkumpul sekitar pukul sebelas. Peralatan snorkeling sederhana berupa kacamata dan sepatu sudah disiapkan. Kami berganti baju dan siap dengan peralatan masing-masing. Lokasi snorkeling tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Pemandu mengambil dokumentasi foto kami sebelum merangsek ke lautan.

snorkeling di pulau tikus bengkulu
Ilustrasi : Dokumentasi sebelum snorkeling

Pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut saya tentu saja, "Aman ya Bang buat yang nggak bisa berenang?". Pertanyaan yang kemudian mendapat anggukan yakin dari para pemandu yang kalau saya tidak salah informasi merupakan snorkeler profesional. Dua orang pemandu ini cukup sabar memberi pengarahan yang tegas dan lugas untuk para peserta. Saya dan teman dengan mudah menemukan orang lain untuk diajak berpegangan tangan saat mulai memasuki laut.  

Ada dua titik yang akan kami tuju untuk pengambilan foto snorkeling dimana menurut pemandu kami dapat bertemu keluarga nemo di lokasi tersebut. Tentu kami sangat excited. Ekspektasi saya, kami akan masuk ke wilayah perairan yang setidaknya tinggi air akan sedada saya. Atau, malah setinggi kepala saya. Namun, setelah jalan cukup jauh ke tengah, rupanya air laut hanya sepinggang saya. Ada yang setinggi dada, namun makin ketengah malah makin rendah.


Tiba di titik pertama, sembari menunggu giliran foto, kami melakukan snorkeling otodidak. MasyaAllah, bersyukur sekali bisa melihat panorama terumbu karang cantik dan ikan-ikan kecil berlarian di sekitar kaki. Air laut yang jernih memudahkan kami untuk menikmati keindahan biota laut di perairan Pulau Tikus. Saya tidak menyangka pemandangan bawah laut akan secantik itu. 

Kami menemukan ikan nemo di lokasi kedua. Ketika giliran saya menyelam, jumlahnya ada dua ekor seperti yang terlihat di foto. Rasanya seperti bertemu Marlin dan Nemo sungguhan. Ikan-ikan badut ini rupanya memang cantik sekali karena warna mereka yang kontras dengan batu dan terumbu karang. Sayangnya, waktu kami terbatas sehingga tidak bisa berlama-lama bercengkrama dengan Nemo. Padahal, tadinya sih, saya dan bro Marlin mau berbagi joke paling lucu sejagat raya.


Yuk, Jaga Kelestarian Alam!

Tepat setelah kembali ke bibir pantai, kami memutuskan untuk langsung bertukar pakaian supaya bisa menikmati makan siang di bawah pohon kelapa. Ada banyak cerita dan ungkapan syukur yang terlontar di bawah terik matahari Bengkulu siang menuju sore hari itu. Ayam geprek Albaik kami terasa berkali-kali lebih nikmat, apalagi setelah mengalami mabuk laut saat berangkat tadi.

wisata pulau tikus bengkulu
Ilustrasi : Kapal nelayan mendarat di Pulau Tikus

Sambil mengumpulkan sampah di meja peserta, staff mengabarkan bahwa kapal akan angkat jangkar pukul tiga sore. Setelah kenyang, sisa hari kami habiskan untuk swafoto dan menikmati keindahan laut sebelum kembali ke daratan kota. Tentu, perjalanan ini adalah salah satu langkah untuk mengisi energi supaya kembali siap dengan kehidupan. Kami yang suka healing ini tidak berhenti menyebutnya begitu; self reward dan usaha menjaga kewarasan di dunia yang makin banyak menuntut.

Kami akhirnya tiba dengan selamat di titik keberangkatan sekitar pukul empat sore. Saya sangat berharap dapat kembali ke sana dan keindahan surga tersembunyi bernama Pulau Tikus ini tetap terjaga hingga masa-masa mendatang. Semoga, perjalanan-perjalanan menyenangkan ini tetap terlaksana kedepannya. 

Jadi, sudah healing ke mana kalian hari ini?

Posting Komentar

0 Komentar